(Menyambut Program Penguatan Literasi Kemendikbudristek)
Furqan Mawardi
Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Mamuju
Masyarakat madani merupakan sebuah masyarakat yang terbuka, toleran, egalitar, beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah SWT.
Demikian salahsatu definisi masyarakat madani yang diungkapkan oleh tokoh bangsa, Prof Dr. Ahmad Syafii Ma’rif. Tentu masyarakat yang disampaikan diatas merupakan sebuah cita-cita, harapan dan impian bagi setiap bangsa. Masyarakat madani kalau dilihat dari segi histori akan banyak ditemukan berbagai persfektif terkait kapan dan dimana mulainya konsep ini. Namun yang terpenting adalah bahwa masyarakat madani merupakan sebuah gambaran masyarakat yang ideal, maju dan penuh dengan peradaban.
Seperti yang disampaikan salahsatu filosof Muslim Al Farabi, ia mengatakan bahwa yang dimaksud masyarakat madani adalah ketika masyarakatnya mampu menjungjung tinggi ilmu dan adab. Menurutnya masyarakat yang ber ilmu dan memahami betul hakekat dari ilmu madani, maka ia akan terbentuk menjadi masyarakat yang beradab, dan puncak dari masyarakat yang beradab adalah memperoleh kebahagiaan.
Madani dan Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah mimpi dan harapan setiap insan. Semua orang selalu merindukan kebahagiaan dalam hidup kapan pun dan dimanapun dia berada. Seorang yang bekerja dikantor selain gaji, tentu yang dirindukan juga adalah suasana yang nyaman dalam bekerja. sehingga dengan lingkungan kerja yang nyaman, dia bisa bekerja dengan baik, sehingga dengan kenyamanan yang dia rasakan ia dapat memperoleh kebahagiaan.
Setiap rumah tangga juga pastinya merindukan suasana yang bahagia dalam kehidupannya. Suami istri yang telah membagun rumah tangga hingga memperoleh keturunan, yang selalu didambakan adalah bagaimana ia mampu memperoleh keluarga yang tenang, nyaman hingga merasakan kebahagiaan.
Bagi orang beriman kebahagiaan bahkan bukan hanya harapan untuk dimensi di dunia saja, namun juga kebahagiaan yang dapat menembus dimensi akhirat. Sebagaimana doa yang senangtiasa terpanjatkan, rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanatan wafil akhirati hasanatan waqina adzabannar (Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebahagiaan di dunia, berikan pula kebahagiaan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.). Inilah kebahagiaan yang hakiki.
Menjelang perhelatan pergantian kepemimpinan tiap lima tahun (Pemilu) mulai tingkat presiden ,gubernur, bupati hingga RT sering kita mendengar jargon-jargon kesejahteraan, kebaikan, kemajuan, keadilan dan seterusnya. Pada intinya adalah janji-janji calon pemimpin apabila kelak menjadi pemimpin senantiasa memberikan harapan dan janji kepada warga untuk bisa lebih baik lagi. Namun realitanya jargon dan janji terkadang jauh dari harapan. Ibarat kata pepatah terkadang jauh panggang dari api. Inilah yang dinamakan sebagai janji kebahagiaan yang semu.
Indonesia dan Literasi
Salahsatu impian kita kelak ketika Indonesia memasuki usianya yang ke 100 adalah mewujudkan Indonesia emas. Instrumen Indonesia emas disini tolak ukur utamanya adalaha manusia yang gemar berliterasi. Sementara faktanya berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021, Indonesia saat ini sedang mengalami darurat literasi, yakni satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi.
Hasil tersebut konsisten dengan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) selama 20 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa skor literasi anak-anak Indonesia masih rendah dan belum meningkat secara signifikan. Kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata kemampuan literasi peserta didik di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Sehingga membutuhkan energi yang powerpull untuk mengejar ketertinggalan ini. Kebiasaan literasi mesti menjadi kesadaran bersama semua kalangan. Dibutuhkan saling kerjasama, kerja tim yang solid dan saling mendukung. Pemerintah dan seluruh rakyat mesti saling bahu membahu untuk menjadikan kesadaran berliterasi sebagai proyek berjamaah yang mesti diselesaikan dengan kebersamaan. Insan yang cinta literasi merupakan cerminan masyaraat yang madani. Dan masyarakat madani hasil akhirnya adalah kehidupan yang sejahtera penuh kebahagiaan.
Indonesia yang Madani
Jalan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera hingga menjadi bahagia bukanlah pekerjaan yang mudah. Membutuhkan perencanaan dan strategi yang mumpuni serta tahaan-tahapan kerja yang terarah dan terstruktur. Apabila kita menengok kembali ke konsep masyarakat madani yang disampaikan oleh Al Farabi, yang terpenting menjadi perhatian adalah para insan manusianya.
Kehidupan yang adil, makmur, sejahtera hingga dapat dijuluki sebagai masyarakat madani tolak ukurnya adalah sumber daya manusianya. Masyarakat madani adalah sebuah masyarakat yang para manusianya gandrung terhadap dunia literasi. Suasana kehidupannya dipenuhi dengan kegemaran membaca dan menulis. Sehingga menjadi pintu untuk mampu menguasai ilmu pengetahuan yang lebih mendalam.
Kita bangsa Indoensia apabila merindukan menjadi masyarakat yang madani, maka budaya berliterasi ini wajib terus didengungkan di seluruh aspek kehidupan kita . Mulai masyarakat bawah, menengah hingga masyarakat kalangan atas. Mulai desa hingga perkotaan masyarakatnya mesti terbiasa dengan budaya baca dan membaca. Untuk usia mulai kalangan anak-anak hingga dewasa mesti terbiasakan dengan membaca, berdiskusi hingga dapat menciptakan karya berupa tulisan.
Bagi para calon pemimpin tidak perlu terlalu banyak mengobral janji dengan narasi-narasi yang terkadang sulit dimenegerti. Cukup dengan menulis, membuat buku sampaikan segala visi, misi, gagasan yang akan dicapai melalui tulisan apabila kelak jadi pemimpin. Biarkan rakyat akan membaca gagasannya dan rakyat pula yang akan memberi penilaian.
Sebagai warga negara semua kita memiliki tanggung jawab untuk menjadikan diri dan menjadikan lingkungan kita sadar atas pentingnya berliterasi. Membiasakan diri dan lingkungan untuk cinta membaca, menulis menghasilkan karya merupakan kerja nyata dalam mewujudkan sebuah masyarakat yang madani.
Untuk itu kita sangat menyambut baik gerakan literasi yang diprogramkan oleh Kementerian Republik Indonesia melalui kebijakan Merdeka belajar episode ke-23. Dimana program ini adalah untuk menjawab terkait rendahnya kebiasaan membaca di kalangan masyarakat kita dengan diluncurkannya sekitar 15 juta buku bacaan bermutu yang disertai pelatihan dan pendampingan kepada 20 ribu guru PAUD dan SD di seluruh Indonesia.
Kebijakan Kementerian ini tentu tidak bisa terlaksana dengan baik apabila tidak didukung oleh seluruh stakeholder yang ada di bawahnya. Guru, murid, orang tua, dan seluruh masyarakat wajib adanya untuk mendukung penuh gerakan kementerian yang sangat revolusioner ini. Harapan dan kerinduan kita bersama dengan lahirnya Insan yang cinta literasi merupakan modal besar dalam mencerdaskan kehiduapan bangsa. Sehingga Indonesia yang madani merupakan keniscayaan yang bisa kita gapai.
One Response
kita berharap tentunya kedepan Indonesia lebih maju dan lebih sejahtera lagi baik dari segi ekonomi,ras suku dan budaya serta pendidikan dgn tetap berpegang teguh terhadap prinsip2 yg terkandung dalam Nilai-nilai Pancasila